Kamu mungkin pernah lihat atau alami sendiri, ban motor masih kelihatan tebal tapi di bagian sampingnya muncul retak-retak halus.
Padahal secara kasat mata, alur ban masih dalam dan belum aus.
Banyak orang berpikir, “Ah, masih tebal, masih bisa dipakai.”
Padahal, retak-retak di sisi ban (sidewall) itu bukan tanda sepele.
Itu artinya struktur karet ban sudah menua, mengering, atau kehilangan elastisitasnya.
Kalau dibiarkan, bisa berisiko ban pecah, bocor tiba-tiba, atau kehilangan daya cengkeram di jalan.
Nah, biar kamu gak salah paham, yuk bahas lengkap penyebab ban motor retak-retak di samping meskipun masih tebal, serta cara mencegahnya agar ban awet dan aman.
1. Umur Ban Sudah Tua (Karet Mengeras dan Getas)
Penyebab paling umum kenapa ban motor retak-retak di samping adalah umur ban yang sudah terlalu tua.
Meskipun tapaknya belum habis, karet ban punya masa pakai ideal sekitar 3–5 tahun.
Setelah lewat itu, minyak alami di dalam kompon karet mulai menguap, dan ban jadi kering serta rapuh.
Ciri khas ban tua:
- Ada retak halus melingkar di sisi ban.
- Warna ban jadi kusam, agak keabu-abuan.
- Teksturnya keras saat ditekan dengan jari.
💡 Solusi:
Cek kode produksi di dinding ban (DOT code).
Misal tertulis DOT 2319, artinya ban diproduksi minggu ke-23 tahun 2019.
Kalau udah lewat 4–5 tahun dari tanggal itu, lebih baik ganti ban baru, meski masih tebal.
2. Tekanan Angin Terlalu Rendah atau Terlalu Tinggi
Tekanan angin yang tidak sesuai bikin ban bekerja di luar batas fleksibilitasnya.
Kalau tekanan terlalu rendah, dinding ban sering menekuk berlebihan dan menyebabkan retak mikro di sisi ban.
Sebaliknya, kalau tekanan terlalu tinggi, permukaan ban jadi kaku dan mudah pecah di suhu panas.
Ciri-cirinya:
- Retak muncul di bagian bawah dinding, dekat bibir velg.
- Ban terasa keras, tapi bentuknya agak mengembang.
💡 Solusi:
Pastikan tekanan angin sesuai rekomendasi pabrikan:
- Motor bebek: 28 psi (depan) / 32 psi (belakang)
- Motor matic: 29 psi / 33 psi
- Motor sport: 30 psi / 34 psi
Gunakan alat ukur tekanan (tire pressure gauge) biar lebih akurat, jangan hanya “feeling”.
3. Sering Parkir di Bawah Sinar Matahari Langsung
Karet ban sangat sensitif terhadap suhu panas dan sinar UV.
Kalau motor sering parkir di luar tanpa pelindung, sinar matahari akan membuat komposisi kimia dalam ban terurai.
Efeknya: karet mengering, mengeras, dan muncul retakan halus di dinding ban.
💡 Solusi:
- Parkir di tempat teduh atau gunakan penutup motor.
- Gunakan semir ban berbahan silikon (bukan berbasis minyak) agar permukaan ban tetap lembab.
- Hindari semir ban murahan yang bikin ban cepat kering.
4. Terkena Bahan Kimia atau Minyak
Minyak, bensin, oli, dan cairan pembersih keras bisa merusak struktur molekul karet ban.
Kalau sering kena tumpahan atau disemprot pembersih bodi tanpa sengaja, ban akan lebih cepat retak-retak di sisi.
Ciri khas:
- Retakan acak seperti garis halus bercabang.
- Kadang bagian yang kena minyak terlihat lebih mengilap tapi kaku.
💡 Solusi:
- Saat mencuci motor, hindari kena sabun kendaraan berbasis pelarut (solvent).
- Lap bagian ban hanya dengan air sabun lembut.
- Kalau ada oli menetes dari mesin, segera perbaiki sebelum merusak ban.
5. Jarang Dipakai (Ban “Ngendon” Terlalu Lama)
Motor yang jarang digunakan ternyata juga bisa bikin ban cepat rusak.
Saat ban diam terlalu lama, beban motor menekan satu titik terus-menerus dan menyebabkan flat spot (penyok kecil) di bawah.
Karet yang diam tanpa gerakan juga kehilangan fleksibilitas dan mulai retak di sisi.
💡 Solusi:
Kalau motor jarang dipakai:
- Cek tekanan angin setiap 2 minggu.
- Ganjal motor dengan stand tengah biar beban gak menekan ban terus.
- Jalankan motor beberapa menit tiap minggu agar ban tetap lentur.
6. Kualitas Ban Rendah atau Imitasi
Ban murah dengan bahan karet campuran (bukan murni butyl rubber) lebih cepat rusak.
Biasanya retak muncul bahkan sebelum 2 tahun, meskipun jarang dipakai.
Ciri ban kualitas rendah:
- Permukaan cepat kusam.
- Retak muncul dini di sisi luar.
- Tidak ada label SNI atau DOT resmi.
💡 Solusi:
Pilih ban dari merek terpercaya seperti Michelin, IRC, Bridgestone, Dunlop, Pirelli, FDR, atau Aspira Premio.
Pastikan ada kode produksi dan logo SNI/DOT.
7. Beban Berlebih atau Shockbreaker Lemah
Kalau kamu sering boncengan berat atau bawa barang di belakang, beban ekstra itu bikin ban belakang kerja keras.
Apalagi kalau shockbreaker sudah lemah, tekanan dari jalan gak teredam sempurna dan langsung ke ban.
Akibatnya, dinding ban sering tertekan ekstrem — lama-lama muncul retak-retak kecil.
💡 Solusi:
- Pastikan shockbreaker masih dalam kondisi baik.
- Ganti shock jika sudah bocor atau tidak lagi meredam.
- Hindari beban melebihi kapasitas maksimal motor (biasanya 150–180 kg).
8. Penggunaan Semir Ban yang Salah
Banyak yang gak sadar, semir ban berbasis minyak (petroleum-based) justru mempercepat karet ban kering dan retak.
Awalnya memang terlihat kinclong, tapi efek jangka panjangnya bikin ban rapuh.
💡 Solusi:
Gunakan semir ban water-based (berbahan dasar air) yang mengandung UV protector dan silikon alami.
Aplikasikan tipis-tipis, jangan terlalu tebal, cukup 2 minggu sekali.
9. Kondisi Jalan yang Ekstrem
Kalau kamu sering lewat jalan rusak, berbatu, atau aspal panas (seperti jalan beton siang hari), suhu ban meningkat drastis.
Perubahan suhu ekstrem itu bikin struktur ban mengembang dan menyusut cepat, hingga akhirnya muncul retak mikro di sisi ban.
💡 Solusi:
Jaga tekanan angin tetap stabil dan hindari kecepatan tinggi di jalan rusak.
Kalau terasa panas berlebih, biarkan ban dingin dulu sebelum dicuci atau disemir.
10. Umur Karet Sudah Kedaluwarsa (Expired Tire)
Bahkan ban yang belum dipasang pun bisa retak kalau disimpan terlalu lama.
Ban memiliki umur simpan maksimal 5 tahun dari tanggal produksi, meskipun belum pernah dipakai.
💡 Solusi:
Sebelum beli ban baru, cek kode DOT.
Jangan beli ban yang diproduksi lebih dari 2 tahun lalu — walau harganya diskon besar.
11. Bahaya Menggunakan Ban yang Retak-Retak
Kamu perlu tahu, retakan di sisi ban = tanda ban sudah tidak aman.
Karena sisi ban (sidewall) berfungsi menahan tekanan udara dan menopang beban.
Kalau bagian ini rusak, maka:
⚠️ Tekanan angin mudah bocor.
⚠️ Ban bisa meledak tiba-tiba (blowout) di kecepatan tinggi.
⚠️ Pegangan ban di jalan menurun drastis.
⚠️ Motor terasa oleng dan tidak stabil.
Jadi, meskipun ban masih tebal, kalau sudah ada retak halus di sisi, sebaiknya segera diganti.
Keselamatan jauh lebih penting daripada penghematan.
12. Tips Mencegah Ban Motor Retak di Samping
Biar kejadian ban retak gak terulang, lakukan perawatan berikut:
✅ Isi angin sesuai rekomendasi pabrikan.
✅ Gunakan nitrogen agar tekanan stabil dan suhu ban lebih dingin.
✅ Cuci ban dengan air sabun lembut, bukan cairan kimia keras.
✅ Parkir di tempat teduh.
✅ Gunakan semir ban water-based dengan UV protector.
✅ Hindari beban berlebih.
✅ Ganti ban setiap 4–5 tahun, meski alurnya belum habis.
Kesimpulan: Ban Retak Bukan Cuma Soal Tampilan
Kesimpulannya, ban motor retak-retak di samping padahal masih tebal disebabkan oleh umur ban yang tua, tekanan angin salah, paparan panas, atau karet yang mengering.
Meskipun masih terlihat bagus, ban yang sudah retak itu tidak lagi aman dipakai.
Karena sidewall adalah bagian penting penahan tekanan dan struktur ban.
Begitu retak, kekuatannya sudah gak bisa dikembalikan lagi.
Jadi, kalau kamu mulai lihat retakan halus di sisi ban — jangan tunda ganti baru.
Lebih baik keluar uang sekarang daripada risiko ban pecah di jalan nanti.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apakah ban retak masih bisa ditambal atau diperbaiki?
Tidak bisa. Retakan di dinding ban gak bisa diperbaiki, karena itu bagian struktural, bukan permukaan.
2. Apakah semir ban bisa menutup retakan?
Tidak. Semir hanya menambah kilap, bukan memperbaiki retakan. Bahkan semir berbasis minyak bisa memperparah.
3. Berapa umur maksimal ban motor?
Rata-rata 4–5 tahun dari tanggal produksi, tergantung pemakaian dan penyimpanan.
4. Apakah ban nitrogen lebih tahan retak?
Sedikit lebih baik karena suhu dalam ban lebih stabil, tapi tetap tergantung kualitas karet dan usia ban.
5. Bagaimana cara tahu ban sudah keras?
Tekan dengan jari, kalau terasa kaku dan tidak lentur, berarti karet sudah mengeras.
6. Apakah boleh terus pakai ban retak asal pelan?
Tidak disarankan. Meskipun pelan, tekanan dan panas tetap bisa memperparah retakan hingga ban pecah.