Kalau ngomongin Perjanjian Salatiga, kita lagi bahas salah satu momen politik paling menentukan di Jawa pada abad ke-18. Tahun 1757, setelah perang panjang dan penuh intrik di Kesultanan Mataram, akhirnya lahir perjanjian ini di Salatiga. Hasilnya bukan sekadar damai, tapi juga membagi kekuasaan jadi semakin rumit.
Kenapa penting? Karena Perjanjian Salatiga jadi bukti gimana politik Jawa waktu itu nggak bisa lepas dari campur tangan Belanda (VOC). Dari sinilah makin jelas kalau Belanda pinter banget main politik pecah-belah demi memperkuat posisinya di Nusantara.
Latar Belakang: Perang Jawa dan Konflik Mataram
Sebelum sampai ke Perjanjian Salatiga, kita harus paham dulu latar belakangnya. Setelah Perjanjian Giyanti 1755, Kesultanan Mataram resmi terbagi jadi dua: Kesultanan Yogyakarta di bawah Sultan Hamengkubuwono I dan Kasunanan Surakarta di bawah Pakubuwono III.
Tapi ternyata, pembagian ini nggak bikin semua pihak puas. Masih ada tokoh penting yang merasa nggak kebagian jatah kekuasaan, salah satunya Pangeran Sambernyawa alias Raden Mas Said.
- Raden Mas Said adalah menantu Pakubuwono II.
- Dia dikenal pemberani, cerdas, dan anti-VOC.
- Selama 16 tahun, dia pimpin perang gerilya lawan VOC dan pasukan Surakarta maupun Yogyakarta.
Perlawanan inilah yang bikin lahirnya Perjanjian Salatiga jadi solusi akhir.
Siapa Itu Pangeran Sambernyawa?
Tokoh utama dalam Perjanjian Salatiga jelas Raden Mas Said. Dikenal dengan julukan Pangeran Sambernyawa, artinya “sang pencabut nyawa,” karena kehebatannya di medan perang.
- Lahir tahun 1725, cucu Amangkurat IV.
- Ikut memberontak sejak muda karena kecewa sama politik keraton yang tunduk ke VOC.
- Selama perang, dia bisa menang berulang kali lawan pasukan Belanda dan sekutunya.
Popularitas Pangeran Sambernyawa bikin VOC sadar kalau dia nggak bisa ditaklukkan dengan perang, jadi harus dicari jalan diplomasi. Dari sinilah muncul ide Perjanjian Salatiga.
Proses Lahirnya Perjanjian Salatiga 1757
Setelah bertahun-tahun perang, semua pihak capek. VOC juga udah keluar banyak biaya. Akhirnya, pada 17 Maret 1757, di Salatiga, dibuat kesepakatan yang dikenal sebagai Perjanjian Salatiga.
Pihak yang terlibat:
- VOC (sebagai mediator, tapi sebenarnya paling diuntungkan).
- Sultan Hamengkubuwono I (Yogyakarta).
- Pakubuwono III (Surakarta).
- Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa).
Hasilnya, Raden Mas Said diakui sebagai penguasa dengan gelar Mangkunegara I. Dia dapet wilayah sendiri yang dikenal dengan Kadipaten Mangkunegaran.
Isi Perjanjian Salatiga
Beberapa poin utama Perjanjian Salatiga:
- Raden Mas Said diangkat sebagai Adipati Mangkunegara I.
- Diberi wilayah kekuasaan sekitar 4.000 cacah (wilayah pajak rakyat).
- Mangkunegaran jadi kerajaan kecil di bawah Kasunanan Surakarta, tapi punya otonomi khusus.
- Raden Mas Said dan keturunannya wajib setia ke VOC.
Jadi, meski dapet kekuasaan, sebenarnya Perjanjian Salatiga adalah cara VOC jinakin musuhnya lewat kompromi.
Dampak Politik Perjanjian Salatiga
Hasil Perjanjian Salatiga bikin struktur politik Jawa makin rumit. Kalau sebelumnya cuma ada dua kerajaan besar (Yogya dan Solo), setelah perjanjian ini muncul kerajaan baru: Mangkunegaran.
Dampak politiknya:
- Membagi kekuatan Mataram jadi makin kecil.
- VOC makin kuat karena berhasil kontrol semua pihak.
- Tradisi politik Jawa masuk ke fase “kerajaan pecahan” yang bikin Belanda makin gampang dominasi.
Mangkunegaran: Kerajaan Baru dari Perjanjian Salatiga
Setelah Perjanjian Salatiga, berdirilah Kadipaten Mangkunegaran dengan pusatnya di Surakarta. Mangkunegara I (Raden Mas Said) jadi penguasa pertama.
Ciri khas Mangkunegaran:
- Lebih kecil dari Surakarta dan Yogyakarta.
- Fokus pada militer karena latar belakang pemimpinnya.
- Jadi salah satu simbol kompromi politik Jawa.
Mangkunegaran tetap eksis sampai sekarang, dengan istananya masih berdiri di Solo.
Peran VOC dalam Perjanjian Salatiga
Kalau dibaca baik-baik, jelas banget kalau VOC yang paling diuntungkan dari Perjanjian Salatiga.
Strategi VOC:
- Pecah belah kekuasaan Jawa biar nggak ada raja yang terlalu kuat.
- Pura-pura jadi mediator padahal ambil untung.
- Semua pihak dipaksa tanda tangan biar VOC jadi wasit resmi politik Jawa.
Dengan begitu, Perjanjian Salatiga makin nunjukin betapa liciknya politik kolonial Belanda di Nusantara.
Fakta Menarik tentang Perjanjian Salatiga
Biar makin seru, nih beberapa fakta unik:
- Raden Mas Said berjuang 16 tahun nonstop sebelum akhirnya setuju berdamai.
- Julukan Sambernyawa bikin Belanda segan banget sama dia.
- Meski jadi bagian dari kompromi, keturunan Mangkunegara tetap dihormati sampai era kemerdekaan.
FAQ tentang Perjanjian Salatiga
1. Apa itu Perjanjian Salatiga?
Kesepakatan politik tahun 1757 yang mengakhiri perang Raden Mas Said dengan VOC.
2. Siapa tokoh utama dalam perjanjian ini?
Raden Mas Said alias Pangeran Sambernyawa.
3. Apa hasil utama perjanjian ini?
Berdirinya Kadipaten Mangkunegaran dengan Raden Mas Said sebagai Mangkunegara I.
4. Siapa yang diuntungkan dari Perjanjian Salatiga?
VOC, karena berhasil pecah-belah kekuasaan Jawa.
5. Apa dampak jangka panjangnya?
Politik Jawa makin terpecah, Belanda makin kuat.
6. Apakah Mangkunegaran masih ada?
Ya, istana Mangkunegaran masih berdiri di Solo hingga sekarang.
Kesimpulan: Perjanjian Salatiga sebagai Simbol Pecah Belah Politik Jawa
Perjanjian Salatiga 1757 adalah contoh nyata gimana kolonial Belanda memainkan politik pecah-belah di Nusantara. Dengan kompromi ini, Raden Mas Said yang sebelumnya jadi musuh berat VOC akhirnya dilunakkan dengan diberi wilayah kekuasaan sendiri.
Meski begitu, perlawanan gigih Pangeran Sambernyawa tetap dikenang sebagai simbol keberanian rakyat Jawa. Sementara itu, warisan Perjanjian Salatiga adalah pengingat bahwa persatuan selalu lebih kuat daripada perpecahan.